Foto: Lisa Aulia Mahasiswi PGSD UNU Kalabar (Dokpri) |
Hi, apa kabar semuanya? Kali ini aku mau angkat tema yang lagi happening banget di kalangan anak zaman now atau generasi z kaya kita-kita ini. Hubungan Tanpa Status (HTS) pasti beberapa dari kalian ada yang sudah pernah ngerasain secara langsung, kan? Atau paling enggak kalian pasti tahu HTS ini hubungannya kaya gimana. Banyak yang nganggep keren dan bebas karena enggak terikat sama sekali. Tapi, ada baiknya kalian simak dulu opini aku soal dampak negatif HTS'l buat kalian para mahasiswa.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, ada baiknya aku jelasin dulu nih maksud dari HTS atau "ngabro" dalam bahasa gaulnya. HTS itu semacam hubungan dekat antara dua orang layaknya pacaran, tapi tanpa status yang mengikat dan komitmen yang jelas. Jadi kalian bisa bebas berinteraksi, nge-date, bahkan mungkin sampai "akalnya" tapi tanpa embel-embel jadi pacar. Gitu lho guys!!
Nah, menurutku sih fenomena HTS ini terbilang unik sekaligus cukup mengkhawatirkan, terutama buat kita para mahasiswa. Memang di satu sisi, HTS bisa dibilang keren karena terkesan bebas, modern dan tidak terikat aturan kaku. Tapi, aku juga melihat bahaya tersembunyi dari gaya hubungan model begini yang bisa berdampak buruk buat kalian dalam banyak hal.
Yang pertama, aku khawatir banget nih sama dampaknya buat mental dan psikis kalian para mahasiswa. Ingat, meskipun kesan HTS itu fun dan bebas, pada akhirnya perasaan cinta tetap bisa tumbuh dari salah satu pihak. Apalagi kalau ternyata di antara kalian ada yang menginginkan hubungan yang lebih dari sekedar "ngabro". Entar kalau ditikung atau malah diputusin mendadak gimana? Pasti sakit hati banget, kan? Terus, gimana rasanya kalau mendadak harus ngadepin drama kebohongan, perselingkuhan atau patah hati berkepanjangan gara-gara HTS ini? Bisa-bisa kalian jadi depresi dan ujung-ujungnya tidak fokus serta prestasi kuliah jadi terganggu. Ya, kali kalian enggak kepikiran sama sekali?
Selain itu, aku juga khawatir banget nih sama dampak negatif HTS yang bisa merusak reputasi kalian sebagai mahasiswa. Coba bayang-in, gimana jadinya kalau para dosen atau dosen pembimbing tahu mahasiswanya malah sibuk 'ngabro' sana-sini? Tentu mereka bakal kurang respect dan pandangan terhadap kalian jadi negatif dong. Bayangkan juga kalau aib dan kegiatan 'nakal' kalian sampai terekspos di medsos. Pasti langsung jadi sensasi dan reputasi kalian sebagai mahasiswa yang baik-baik bakal langsung tercemar, deh. Amit-amit, deh, pokoknya guys!
Selain soal reputasi, yang juga perlu diingat adalah HTS itu rawan terjadinya eksploitasi baik secara fisik maupun emosional antara kedua belah pihak. Banyak kasus di mana salah satu pihak cuma dipermainkan dan dimanfaatkan untuk "kepuasan sesaat" aja tanpa tanggung jawab. Ya, kali kalian tega mengeksploitasi atau dieksploitasi seperti itu?
Di sisi lain, HTS juga berpotensi bikin kalian makin bingung dan kehilangan arah dalam menemukan jati diri serta orientasi hubungan yang sesungguhnya kalian inginkan. Bisa aja kalian terjerumus pada hal-hal yang enggak diharapkan karena masih dalam masa pencarian jati diri sebagai mahasiswa.
Intinya gini aja, guys, aku enggak melarang atau memaksa kalian untuk tidak "ngabro" atau menjalani HTS. Itu pilihan diri kalian sendiri. Yang jelas, dari sudut pandang aku sendiri sebagai anak muda, HTS itu terlalu banyak bahayanya khususnya buat kalian para mahasiswa yang seharusnya fokus kuliah dan menggapai cita-cita. Makanya aku saran-in, selama masih jadi mahasiswa, lebih baik fokus IPK dulu sebelum kejerumus sama hal-hal berbau HTS kayak gini. Jaga mental dan reputasi diri kalian jangan sampai tercemar hanya karena gaya "bebas" yang sebenarnya rawan masalah seperti ini.
Selain itu, aku juga perlu mengingatkan bahwa sebagai mahasiswa, masa depan karir kalian sangat penting. Nah, keterlibatan dalam HTS yang "kebablasan" bisa jadi batu sandungan untuk meraih kesuksesan di masa depan. Bagaimana jika prospek kerja atau peluang karir kalian terhalang gara-gara reputasi buruk dari gaya hidup HTS kalian di masa lalu? Bisa kacau, dong! Rencana hidup kalian ke depannya.
Lalu dari sisi kesehatan, kalian juga harus ekstra waspada dalam menjalani HTS yang serba bebas. Resiko terkena penyakit menular seksual dan kehamilan di luar nikah itu nyata lho! Kalian mungkin merasa muda dan sehat, tapi dampak buruknya bisa bertahan seumur hidup kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Aku mengingatkan hal ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi murni mengkhawatirkan keselamatan dan masa depan kalian semua. Usia muda memang saatnya bersenang-senang, tetapi jangan sampai kalian terlena dan melupakan prioritas utama sebagai mahasiswa untuk fokus menggapai cita-cita.
Sekali lagi kutekankan, aku tidak melarang ataupun mengampuni fenomena HTS ini. Yang jelas, dari sudut pandangku sebagai anak muda, HTS itu terlalu banyak bahaya dan resikonya, terutama bagi kalian para mahasiswa yang masih harus fokus studi. Jangan sampai kehidupan kalian berantakan hanya karena terlalu asik "ngabro" tanpa memikirkan masa depan. Fokuslah dulu menjadi mahasiswa teladan dengan nilai maksimal. Raih gelar sarjana dengan gemilang. Kemudian setelah lulus, terjun dalam karir impian, baru lah waktu yang tepat untuk memikirkan soal menjalin hubungan yang lebih serius dan bertanggung jawab. Bukan malah sibuk "ngabro" tanpa status saat masih berstatus mahasiswa.
Terakhir, aku juga mau mengingatkan bahwa di balik kebebasan yang ditawarkan HTS, ada pula sisi negatif yang kerap terlupakan. Yakni, hilangnya kebahagiaan dan ketulusan dalam sebuah hubungan yang seharusnya dilandasi rasa saling mencintai, menyayangi, dan komitmen jangka panjang. Dengan tidak adanya ikatan status apapun, maka HTS cenderung hanya melibatkan hubungan fisik dan hasrat sesaat semata. Tak ada tujuan mulia untuk membangun rumah tangga yang bahagia di masa depan. Yang ada hanyalah kepuasan sesaat yang pada akhirnya akan terasa hambar dan menyisakan kehampaan.
Maka dari itu, meski HTS terlihat keren dan bebas di permukaan, namun sebenarnya kalian sedang melewatkan momen berharga di usia muda untuk mencari pendamping hidup sejati. Bukankah lebih baik memanfaatkan masa kuliah untuk bertemu banyak orang, membangun koneksi, dan menemukan sosok yang benar-benar tepat untuk diajak mengarungi bahtera rumah tangga kelak?
Dari pada terjebak dalam lingkaran HTS yang menyesatkan, bukankah lebih baik meluangkan waktu untuk berproses menjadi individu seutuhnya? Sehingga di kemudian hari, kalian bisa menawarkan diri sebagai calon pasangan yang matang dan berkualitas, siap untuk membina keluarga bahagia.
Nah itu tadi opini aku secara gamblang terkait fenomena HTS di kalangan anak muda khususnya mahasiswa. Meski banyak yang menganggapnya keren, menurutku justru terlalu berisiko. Kuharap penjelasan itu bermanfaat bagi kalian untuk semakin waspada dan tidak terjebak dalam jeratan HTS yang merugikan. Stay safe dan fokus dengan tujuan hidup, ya, guys!
*Oleh: Lisa Aulia, mahasiswi pendidikan guru sekolah dasar Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat
*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co
*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co