Narasumber dan sejumlah tokoh daerah dalam acara seminar Internasional di Pontianak (foto/Maulana) |
Pontianak - Dalam rangka meningkatkan kerukunan umat, IKIP PGRI Pontianak bekerja sama dengan UNU Kalbar gelar seminar Internasional dengan tema Moderasi Beragama di lt. 4 Aula Hadari Nawawi IKIP PGRI pada Rabu, 3 Juli 2024.
Kegiatan tersebut dihadiri 250 peserta dari dosen, mahasiswa, serta beberapa perwakilan organisasi keagamaan di Kalbar. Acara dimulai dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur'an, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars dari kedua perguruan tinggi.
Selanjutnya, sambutan dari beberapa pihak, di antaranya ketua panitia, Jipridin dalam sambutannya ia menyampaikan terima kasih atas kinerja maraton panitia sehingga acara berjalan sesuai espektasi. Baik narasumber maupun peserta semuanya hadir dalam keadaan bahagia. Ia menyarankan agar peserta mengikuti hingga selesai. Alasannya, pembicara yang dihadirkan memikiki kompentensi yang luar bisa.
Pada kesempatan berikutnya, Muhammad Firdaus selaku rektor IKIP PGRI Pontianak menambahkan bahwa IKIP sudah menerapkan moderasi beragama terlihat bahwa selama ini perguruan tingginya telah menampung semua suku, agama dan golongan.
"IKIP PGRI Pontianak menjadi pusat pluasisme di Kalimantan Barat. Kami berharap acara ini akan terus berlanjut d waktu yang akan datang dan kegiatan moderasi beragama tidak hanya dilakukan di pesantren atau di tempat-tempat ibadah, namun kampus-kampus perlu dilibatkan." Tegas ketua PW ISNU Kalbar.
Menjawab dari harapan rektor IKIP Pontianak, Muhajirin Yanis, selaku Kakanwil Kemenag Kalimantan Barat juga menyampaikan kata sepakat dan setuju jika IKIP Pontianak menjadi pusat toleransi dan moderasi beragama di Kalimantan Barat. Harapannya ke depan IKIP dan Kanwil Kemenag Kalbar berjalan beriringan dalam membangun bangsa dan merawat kerukunan ini.
Acara dibuka oleh Pj. Gubernur Kalimantan Barat yang diwakili oleh Kepala Biro Kesra Kalbar, Mulyadi. Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh sekretaris FKUB Kalbar.
Pada sesi berikutnya, acara seminar dilanjutkan dengan penyampaian materi yang dipandu oleh moderator Dedi Irwan.
Pembicara pertama oleh Prof. Dr. Ali Masykur Musa, M.Si. M.Hum yang memberikan penjelasan mengapa audien perlu tahu soal moderasi beragama, bahwa sikap itu berlandaskan pada Al-Quran, ummatan wasathan, karena umat yang baik, adalah yang ada di "tengah". Hal itu juga sebagai benteng untuk menangkal paham khilafah dan paham-paham lain yang tidak menerima perbedaan dalam sebuah agama. Etika moderasi beragama menurut guru besar politik dan hukum UNISMA Malang, di antaranya kita perlu memiliki sikap tawasuth, tasamuh, tawazun, dan amar makruf bil makruf.
Pada kesempatan berikutnya, Dr. Cecep Sholeh Kurniawan dari Sultan Syarif Ali Islamic sekaligus direktur pascasarjana Universitas Brunei Darussalam memaparkan
Bahwa kalau di Indonesia ada Pancasila, maka di Brunei Darussalam ada: Melayu, Islam, dan Beraja. Dalam sebuah agama bersuku Melayu, beragama di negaranya Islam, menganut mazhab Syafiiyah dan bernegara dengan sistem kerajaan.
Pemateri ketiga dengan tema Moderasi Beragama di Era Masyarakat 5.0, Prof. Dr. H. Zainuddin Hudi Prasojo, MA. Pendapatnya, moderasi beragama tidak hanya untuk orang Islam saja, tapi juga untuk diterapkan oleh semua pemeluk agama di dunia. Oleh karena itu mahasiswa selaku generasi Z harus menjadi pelopor untuk merawat bangsa dan negara yang beragam ini. Otoritas (belajar) keagamaan semua beralih ke internet. Pada era teknologi serba canggih, mahasiswa harus mengusai teknologi dan media sosial untuk kepentingan moderasi beragama.
Dalam pandangan sejarah Dr. Basuki Wibowo, M.Pd. memulai dengan memaparkan betapa rendahnya literasi di Indonesia, dalam mengonsumsi berita saja, masyarakat kita hanya selesai dengan membaca judulnya, tanpa membaca isi dan sumbernya. Sebagai pemateri terakhir, ia juga menjelaskan bahwa awal mula agama masuk ke Nusantara khususnya Kalbar tidak ada catatan pertumpahan darah, namun akhir-akhir ini di dunia banyak pertumpahan darah yang mengatasnamakan agama.
Acara ini diakhiri dengan tanya jawab dari beberapa audien kepada pemateri.