Notification

×

Iklan

Iklan

Bahasa Indonesia di Kalangan Gen Z

Minggu, 15 Desember 2024 | 00.15 WIB Last Updated 2024-12-14T17:20:11Z

Nilnal Muna Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Istimewa)
OPINI,CO, SURAKARTA - Bahasa dijadikan sebagai alat komunikasi  berupa bunyi-bunyian yang dihasilkan dari ucapan manusia dan alat untuk memperlancar penyampaian gagasan, pendapat, perasaan, persepsi, dan pikiran kepada orang lain. Hal ini sering digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi dan berkembang dengan orang lain. Bayangkan banyaknya bahasa daerah di Indonesia. Hingga saat ini kesadaran generasi muda akan pentingnya bahasa Indonesia masih sangat rendah. Hal ini berdampak pada penggunaan bahasa Indonesia yang tidak memenuhi standar bahasa yang ada. Menurunnya penggunaan Bahasa Indonesia Baku disebabkan oleh pengaruh  budaya asing dan modernisasi.

 

Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi pada era globalisasi telah memengaruhi penggunaan bahasa, terutama di kalangan generasi muda. Generasi Z atau lebih akrab di sebut dengan Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan kelompok yang tumbuh di era digital dan sangat dipengaruhi oleh media sosial serta konten-konten global. Hal ini membawa dampak terhadap penggunaan bahasa Indonesia di kalangan mereka. Tulisan ini akan membahas bagaimana Gen Z menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, apa saja tantangan yang dihadapi, potensi masa depan bahasa Indonesia di tangan generasi ini.

 

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknologi. Sejak lahir, mereka sudah terpapar pada internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadikan mereka terhubung dengan dunia global. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika gaya hidup Gen Z sangat dipengaruhi oleh trend-trend global, termasuk dalam hal penggunaan bahasa. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter telah menjadi platform di mana bahasa Indonesia sering kali bercampur dengan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Istilah-istilah seperti "update", "challenge", "trend", dan "content" sudah menjadi bagian dari kosakata sehari-hari mereka. Fenomena ini disebut sebagai code-switching atau alih kode, yaitu ketika dua bahasa atau lebih digunakan secara bersamaan dalam satu konteks komunikasi.

 

Pengaruh media sosial terhadap bahasa Indonesia di kalangan Gen Z sangatlah besar. Bahasa yang digunakan di platform-platform digital sering kali tidak formal, berbeda dengan bahasa yang diajarkan di sekolah atau yang digunakan dalam dokumen resmi. Gen Z cenderung menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan kadang disertai dengan singkatan-singkatan atau slang (bahasa gaul). Misalnya, kata "btw" (by the way), "gws" (get well soon), atau "wk/wkwk" yang digunakan sebagai ekspresi tertawa. Penggunaan bahasa semacam ini memberikan kesan bahwa bahasa Indonesia sedang mengalami perubahan di tangan Gen Z.

 

Selain itu, fenomena lain yang menarik adalah terciptanya bentuk-bentuk baru dari bahasa Indonesia yang terinspirasi dari dunia digital. Salah satu contohnya adalah munculnya istilah "santuy" yang merupakan bentuk pelesetan dari kata "santai". Penggunaan kata-kata semacam ini menunjukkan kreativitas Gen Z dalam bermain-main dengan bahasa. Namun, di sisi lain, ini juga menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya keaslian dan ketepatan berbahasa.

 

Pengaruh Bahasa Asing bagi Gen Z

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh bahasa Indonesia di kalangan Gen Z adalah pengaruh besar dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Seiring dengan meningkatnya konsumsi konten berbahasa Inggris, baik dalam bentuk film, musik, hingga video di platform seperti YouTube dan TikTok, bahasa Inggris makin sering disisipkan dalam percakapan sehari-hari. Fenomena ini dapat mengakibatkan tergerusnya kekayaan bahasa Indonesia, terutama dalam hal kosakata.

 

Selain itu, rendahnya minat membaca literatur berbahasa Indonesia di kalangan Gen Z juga menjadi masalah. Dalam sebuah survei, banyak Gen Z yang lebih memilih konten digital, yang sebagian besar berbahasa Inggris, dibandingkan membaca buku atau karya tulis berbahasa Indonesia. Padahal, literatur memiliki peran penting dalam memperkaya kemampuan berbahasa seseorang. Jika trend ini terus berlanjut, dikhawatirkan bahasa Indonesia akan kehilangan fungsinya sebagai media komunikasi yang efektif dan bermartabat.

 

Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah lemahnya pendidikan bahasa Indonesia yang diterima oleh Gen Z. Banyak siswa yang merasa bahwa pelajaran bahasa Indonesia di sekolah cenderung membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini menyebabkan kurangnya apresiasi terhadap bahasa Indonesia sebagai bagian penting dari identitas nasional.


Potensi masa depan bahasa indonesia di kalangan Gen Z banyak menghadapi  tantangan, penggunaan bahasa Indonesia di kalangan Gen Z juga memiliki potensi besar untuk berkembang. Salah satu potensi tersebut adalah kemampuan adaptasi bahasa Indonesia terhadap perkembangan zaman. Bahasa, seperti halnya budaya, adalah sesuatu yang dinamis dan terus berubah. Gen Z, dengan kreativitas mereka, dapat membawa bahasa Indonesia ke arah yang lebih inklusif dan modern tanpa meninggalkan akar budaya bangsa.

 

Selain itu, beberapa kampanye dan gerakan di media sosial yang mendorong penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar mulai mendapatkan perhatian. Misalnya, gerakan #BahasaIndonesiaBaik yang mengajak pengguna media sosial untuk lebih peduli terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang tepat. Kampanye semacam ini penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bukanlah hal kuna, tetapi justru dapat menjadi cara untuk melestarikan dan memajukan bahasa nasional.


Pemerintah dan lembaga pendidikan juga memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan bahasa Indonesia di kalangan Gen Z. Pembaruan kurikulum yang lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari dan teknologi, serta penggunaan metode pengajaran yang lebih menarik, dapat meningkatkan minat generasi muda terhadap bahasa Indonesia. Misalnya, integrasi bahasa Indonesia dengan konten digital yang mereka konsumsi setiap hari bisa menjadi langkah yang efektif.

 

Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan Gen Z menunjukkan adanya dinamika yang kompleks. Pada satu sisi, Gen Z adalah generasi yang kreatif dan adaptif dalam menggunakan bahasa, baik di dunia nyata maupun digital. Namun, di sisi lain, pengaruh kuat dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris, serta rendahnya minat terhadap literatur dan pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif, menjadi tantangan besar.

 

Untuk menjaga agar bahasa Indonesia tetap relevan dan berfungsi sebagai identitas nasional pada masa depan, perlu ada upaya dari berbagai pihak. Pemerintah, lembaga pendidikan, media, serta masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan apresiasi dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda. Hanya dengan begitu, bahasa Indonesia dapat terus berkembang dan bertahan pada era globalisasi ini.

 

*Oleh: Nilnal Muna Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta


*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co


*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co 



×
Berita Terbaru Update