Notification

×

Iklan

Iklan

Bahaya Konsumsi Junk Food di Kalangan Santri

Minggu, 15 Desember 2024 | 06.31 WIB Last Updated 2024-12-15T00:55:23Z

Salsyabilla Apriliyani Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Istimewa)
OPINI.CO, SURAKARTA - Terdapat beberapa santri yang terlalu sering mengonsumsi junk food, salah satu nya yaitu mengonsumsi mie instan. Mereka mengonsumsi mie instan terlalu sering karena kemudahannya dan rasa yang menggugah selera. Konsumsi junk food di kalangan santri dapat memberikan dampak serius terhadap kesehatan mereka. Makanan cepat saji yang biasanya tinggi kalori, lemak jenuh, dan gula ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius. Salah satu dampak paling umum dari konsumsi junk food adalah obesitas, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Selain itu, makanan cepat saji umumnya rendah serat, sehingga dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit.

 

Junk Food adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan makanan yang tinggi kalori dari makronutrien seperti gula dan lemak, dan seringkali juga tinggi natrium, sehingga sangat enak, dan rendah serat makanan, protein, atau mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Ia juga dikenal sebagai "makanan tinggi lemak, garam dan gula" ( makanan HFSS ). Junk food menyediakan kalori kosong, hanya menyediakan sedikit atau tidak sama sekali proteinvitamin, atau mineral yang dibutuhkan untuk diet bergizi.

 

Makanan cepat saji memang menjadi pilihan yang populer, terutama karena rasanya yang enak dan proses penyajiannya yang praktis. Tetapi, mengonsumsi yang berlebihan justru membawa dampak buruk bagi tubuh, terutama pada kalangan santri yang membutuhkan nutrisi seimbang untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji mengandung zat tambahan, seperti pengawet dan pewarna buatan, yang jika dikonsumsi terlalu sering dapat merusak fungsi organ tubuh. Tingginya kadar lemak jenuh dan kolesterol dalam junk food dapat menyebabkan penumpukan plak pada pembuluh darah, meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke.

 

Selain itu, terlalu sering mengonsumsi junk food juga mengganggu metabolisme tubuh. Lemak trans yang sering ditemukan dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), sehingga memperburuk kesehatan jangka panjang. Bagi santri yang harus aktif secara fisik dan mental, kondisi ini tentu saja dapat memengaruhi performa harian mereka. Tidak hanya fisik, junk food juga berdampak pada kesehatan psikologis. Kadar gula yang tinggi pada makanan cepat saji dapat memengaruhi kestabilan suasana hati. Kenaikan gula darah yang diikuti dengan penurunan mendadak sering kali menyebabkan rasa lelah, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi. Selain itu, pola makan yang tidak seimbang akibat junk food dapat mengurangi asupan nutrisi penting seperti vitamin B, zat besi, dan asam lemak omega-3, yang semuanya berperan penting dalam menjaga fungsi otak. Kurangnya nutrisi ini berpotensi meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, hingga penurunan fungsi kognitif. 

 

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan penanganan agar bisa mengurangi mengonsumsi junk food, seperti: Memberikan edukasi soal bahaya junk food  kepada para santri dan pentingnya makanan bergizi, Menyediakan kantin yang sehat dan terjangkau sehingga santri tertarik untuk memilihnya, Para orang tua dan pengelola mahad memantau asupan makanan santri terutama diwaktu santai atau malam hari. Penanganan diatas dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pola makan sehat di kalangan santri, sehingga mereka lebih terhindar dari dampak buruk junk food.

 

Kebiasaan mengonsumsi junk food di kalangan santri merupakan tantangan besar yang harus segera diatasi. Dampaknya tidak hanya terlihat dalam jangka pendek, seperti gangguan pencernaan atau kurangnya energi, tetapi juga berakibat fatal dalam jangka panjang, seperti penyakit kronis dan gangguan mental. Oleh karena itu, semua pihak, baik santri, pengelola mahad, maupun keluarga, memiliki peran penting dalam mengurangi konsumsi junk food.

 

Menerapkan pola makan yang sehat tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik tetapi juga mendukung perkembangan mental dan kemampuan belajar santri. Perubahan kecil, seperti mengganti makanan tidak sehat dengan buah-buahan atau makanan kaya serat, dapat memberikan hasil yang signifikan. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan sehat, santri dapat hidup lebih produktif, sehat, dan berkualitas, sehingga mereka dapat lebih ideal dalam menjalankan kewajiban dan cita-cita mereka di masa depan.


 *Oleh: Salsyabilla Apriliyani Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta


*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co


*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co 


 


×
Berita Terbaru Update