OPINI.CO, PONTIANAK - Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah impian dari banyak orang, dan di luar sana banyak yang memiliki keinginan untuk belajar Al-Qur’an. Akan tetapi, hanya sebatas keinginan semata dan bahkan belum tersampaikan. Maka dari itu, bersyukurlah ketika kita ditakdirkan Allah untuk menjadi penghafal kitab suci-Nya. Menjadi penghafal Qur’an bukanlah sesuatu yang mudah, butuh perjuangan dan proses yang panjang. Muhammad Malik Maulana Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Pontianak. (Dok. Ybs)
Dulu pada tahun 2018, ada seorang pemuda yang hidup di sebuah pedesaan, pemuda tersebut memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk menjadi seorang penghafal kalamullah. Keinginannya yang kuat untuk menghafal Al-Qur’an, itu tumbuh karena termotivasi dari perkataan seorang ayah.
Pada waktu itu, ayahnya pernah berkata bahwa di suatu hari nanti ketika kita sudah berada di akhirat, ada seseorang yang bisa menyelamatkan sepuluh anggota keluarganya yang masuk neraka, untuk masuk ke dalam surga Allah Swt. dan ini merupakan salah satu hadis Rasulullah saw. Mendengar perkataan tersebut, dia pun bertanya kepada ayahnya, siapakah seseorang tersebut? Ayahnya pun menjawab, ia adalah seorang penghafal Al-Qur’an, beranjak dari situlah pemuda tersebut mulai memiliki keinginan yang kuat untuk menghafal Al-Qur’an.
Kemudian, ketika pemuda tersebut duduk di bangku MTs, dia mulai menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur’an. Berjalannya waktu, dia mulai merasakan kewalahan dalam menghafal, karena disebabkan oleh kesibukan-kesibukan seperti sekolah dan lain-lain, dan dari situlah dia belajar bahwa, menghafal Al-Qur’an itu tidak bisa dicampurkan dengan kegiatan atau kesibukan-kesibukan yang berpotensi menyebabkan hafalan kita berantakan.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat dan pemuda tersebut telah menyelesaikan masa studinya selama tiga tahun di madrasah tsanawiyah tersebut. Ketika itu, dia bercita-cita untuk melanjutkan sekolahnya di Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Akan tetapi, itu hanya sekadar cita-cita belaka yang tidak tersampaikan, dikarnakan oleh beberapa faktor-faktor tertentu. Qadarullah, pemuda tersebut pun memilih untuk menghafal Al-Qur’an di sekolah Qur’an keluarga kita, yaitu yang berada di Kota Pontianak.
Sekolah Qur’an keluarga kita adalah sekolah non formal yang kegiatannya hanya menghafal Al-Qur’an, dan tidak berbayar (gratis), Singkat cerita dia pun berangkat ke Pontianak dan ditemani oleh seorang ayah untuk masuk ke sekolah tersebut. Kemudian, setelah sampai dia dan ayahnya pun langsung membeli perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan di sekolah Qur’an. Beberapa hari setelah itu, tibalah waktunya untuk masuk ke sekolah Qur’an keluarga kita, yaitu pada tanggal 27 Juni 2021.
Kemudian, Masuklah pemuda tersebut ke sekolah Qur’an keluarga kita, dan di sinilah dia memulai untuk menghafal Al-Qur’an, dan dia pertemukan dengan para ustaz dan teman-teman yang sama-sama ikhlas berjuang mengharap ridho Allah Swt. Dengan berjalannya waktu, banyak sekali ujian dan cobaan yang dihadapinya, terutama ujian dalam menghafal. Akan tetapi, dia tetap bertahan dan berjuang demi cita-citanya, yaitu untuk menjadi hafizd Al-Qur’an, dan salah satu motivasi yang membuat dirinya memilih untuk tetap berjuang adalah dia ingin membalas jasa kedua orang tuanya di akhirat kelak, yaitu dengan memasangkan mahkota dan jubah kemulian kepada kedua orang tuanya.
Berjalannya waktu yang begitu cepat, tidak terasa sudah hampir tiga tahun di sekolah Qur’an, banyak pengelaman beharga yang dia dapatkan dari sekolah tersebut. Kemudian, pada tanggal 24 Desember 2023 sekolah Qur’an mengadakan wisuda 30 juz, dan pemuda tersebut merupakan salah satu dari wisudawan.
Dia merasa sangat senang dan bahagia sekali, karena semua rasa lelahnya terbayarkan pada hari itu. Kemudian, pesan yang dapat kita ambil ialah “ketika kita berjuang untuk menggapai sebuah impian, maka jangan pernah untuk mundur ke belakang, sampai impian yang kita mimpikan tercapai”. Pesan dari penulis, yang yang dikutip dari salah satu perkataan gurunya ialah “apapun profesi kita, maka jangan pernah tinggalkan Al-Qur’an”.
*Oleh: Muhammad Malik Maulana Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Pontianak
*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co
*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co