OPINI.CO, SURAKARTA - Rendahnya sumber daya
manusia sudah tidak asing terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Mereka mengetahui
dan menyadari akan rendahnya SDM di negaranya sendiri. Ironisnya tidak sedikit
dari masyarakat Indonesia yang tak acuh akan hal ini. Mereka masih menganggap
remeh akan masalah rendahnya SDM ini padahal bagi bangsa Indonesia sendiri ini
adalah masalah kompleks yang menjadi problematik setiap tahun. Sebagaimana
bangsa Indonesia sendiri memiliki cita-cita Indonesia emas pada tahun 2045
mendatang. Dengan adanya cita-cita
tersebut terwujudnya Indonesia emas di tahun 2045 masih menjadi pertanyaan dan misteri
akankah terwujud dengan melihat kondisi SDM nya yang rendah dan minimnya kesadaran
masyarakat Indonesia.Aisyah Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Istimewa)
Kesenjangan dalam
pendidikan menjadi faktor utama dalam menghambatnya kemajuan SDM(sumber daya
manusia) di Indonesia. Pendidikan di Indonesia masih mengalami ketimpangan dalam
pemerataannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak suku pedalaman yang masih
belum tersentuh oleh ilmu pengetahuan, hingga tidak sedikit dari mereka yang
buta huruf dan buta angka. Adapun mungkin sekolah di daerah mereka namun tidak terjangkau
karena tidak ada akses untuk menuju ke
tempat belajar. Tak sedikit dari mereka
harus menyeberang hutan, sungai dan lautan untuk menimba ilmu.
Melihat kondisi seperti
ini yang sangat memprihatinkan. Ketimpangan pendidikan sangat terlihat jelas di
wilayah atau provinsi, kabupaten atau kota, dan desa atau suku. Salah satu
bukti rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam bidang pendidikan yaitu dibuktikan
berdasarkan skor PISA Indonesia belum kunjung membaik, sekitar 52% siswa
Indonesia yang berpartisipasi dalam sampel PISA 2018 mendapat nilai di bawah
rata-rata dalam literasi, matematika, dan sains. Jauh lebih buruk daripada
nilai negara-negara tetangga. Menurut studi Bank Dunia 2018, Human Capital
Index (HCI) Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara, tertinggal dari
Malaysia (peringkat 55), Vietnam (peringkat 48), dan Singapura (peringkat 1)
(Umalihayati et al., 2023).
Sedangkan, menurut data
World Economic Forum (WEF) pada indikator deployment, Indonesia berada di
peringkat ke-82 secara global dengan skor 61,6. Skor tersebut berlandaskan pada
penggunaan sumber daya manusia, dan dengan tingkat pengangguran yang tinggi di
semua kelompok umur cukup tinggi. Terakhir kondisi pendidikan di Indonesia
berdasarkan indikator development menunjukkan skor 67,2 yang menempati
peringkat 53 dunia, dengan nilai yang mencapai 92,9. Akan tetapi kualitas
pendidikan dasar di Indonesia tergolong masih rendah dengan memperoleh skor
54,8 .
Terkait dengan persoalan
tersebut, salah satu kesulitan utama yang harus dihadapi adalah meningkatkan
standar sumber daya manusia dan kualitas pendidikan yang disesuaikan dengan
tuntutan abad ke-21. Sebagai abad keterbukaan (era of openness) abad-21
memiliki ciri dengan adanya gelombang informasi dan teknologi yang membuat
hidup manusia semakin kompleks. Hal tersebut terjadi karena saat ini dunia
bergerak dari industri ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge of work),
yang mana memerlukan upaya untuk mengembangkan kemampuan sumber daya manusia
melalui pembiasaan diri dan untuk memenuhi tuntutan dasar di berbagai bidang,
termasuk dalam bidang pendidikan.
Dengan kata lain,
perubahan ini menimbulkan tuntutan baru dalam dunia pendidikan dengan adanya
perubahan paradigma pendidikan dimana pendidikan ad-21 memiliki peran utama
untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berkontribusi di dalam dunia kerja
serta mampu berperan dalam kehidupan bermasyarakat, sebab pada dasarnya
pendidikan memiliki empat peran universal dalam memainkan peradaban suatu
masyarakat menurut (Trilling & Fadel, 2009) yaitu; (1) memberdayakan sumber
daya manusia untuk berperan aktif dalam berkontribusi dalam masyarakat dan
pekerjaan; (2) melatih serta menggembangkan bakat dalam setiap diri; (3)
memenuhi tanggung jawab sipil dan; (4) melestarikan nilai-nilai dan tradisi
setiap individu.
Di abad ke-21 ini dikenal sebagai abad pengetahuan di mana banyak perkembangan dan perubahan sangat pesat yang terjadi di berbagai bidang terutama bidang teknologi dan informasi. Dengan adanya perkembangan ini di harapkan sumber daya manusia juga semakin berkembang. Serta para siswa dan guru dapat menggunakan teknologi ini untuk pembelajaran dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia di tahun 2045. Serta dalam mewujudkan membutuhkan dukungan dari berbagi pihak. Dalam hal ini pemeliharaan pendidikan memiliki dampak signifikan dalam mewujudkan Indonesia emas tahun 2045.
*Oleh: Aisyah Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta
*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co
*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co