Indah Kurniawati Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Istimewa) |
Walaupun sering dianggap sebagai
waktu yang memebosankan, jam kosong sebenarnya bisa diubah menjadi kegiatan
yang lebih bermanfaat. Pada tingkat sekolah menengah, jam kosong sering kali
dianggap sebagai momen yang menyenangkan karena di waktu ini siswa bebas
melakukan kegiatan apapun tanpa adanya pengawasan yang ketat dari guru,
sementara di perguruan tinggi, transformasi jam kosong menjadi hal yang
disayangkan karena dari adanya jam kosong tersebut jadwal kuliah bisa di ganti
di lain hari. Perbedaan pengelolaan jam kosong antara ruang kelas sekolah
menengah dan ruang kuliah menjadi suatu hal yang menarik untuk diketahui lebih
dalam.
Pada tingkat sekolah menengah, jam
kosong biasanya terjadi karena beberapa alasan. Diantaranya yaitu karena guru
tersebut tidak ada dilingkungan sekolah, tapi bisa jadi guru tersebut ada
dilingkungan sekolah tapi tidak bisa masuk pada saat pembelajaran entah itu
karena ada rapat sesama guru atau bimbingan kepada siswa yang mengikuti
perlombaan. Selain itu, pengelolaan jadwal yang kuarang baik dapat menyebabkan
ketidaksesuaian waktu pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak
memiliki kegiatan yang terarah selama waktu tersebut.
Bagi siswa sekolah menengah, jamkos
ini dianggap sebagai momen yang menyenangkan. Karena pada masa sekolah menengah
siswa belajar mulai dari pagi dan pulang di sore hari jadi dengan adanya jamkos
tersebut ibarat sebagai sebuah keajaiban. Selain itu saat jamkos siswa bisa
melakukan apapun yang mereka sukai mulai dari makan, tidur, ke kantin, bahkan
bagi anak-anak yang memiliki semangat belajar yang tinggi, kesempatan itu bisa
mereka gunakan untuk berdiskusi atau mengerjakan latihan soal. Meskipun
demikian, tidak berarti jamkos pada masa sekolah menengah semenyenangkan itu
karena dengan adanya jamkos ini kelas menjadi tidak kondusif dan gaduh yang
disebabkan kurangnya pengawasan dari guru. Dimana kegaduhan tersebut bisa saja
mengganggu kelas lain yang sedang melakukan pembelajaran, sehingga
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi guru dan siswa kelas tersebut.
Berbeda dengan situasi di sekolah
menengah, fenomena jam kosong di perguruan tinggi memiliki karakteristik yang
lebih unik. Di lingkungan kampus, mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang lebih
besar dalam mengelola waktu mereka. Ketika dosen tidak bisa hadir atau kuliah
dibatalkan, mahasiswa tidak hanya sekadar menunggu dosen hadir seperti halnya
yang terjadi di tingkat sekolah menengah. Karena bisa jadi jadwal perkuliahan
akan diadakan pada waktu-waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat.
Di dunia perkuliahan ini mahasiswa
dituntut untuk bisa memanfaatkan waktu luang dari adanya jam kosong tersebut
untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Misalnya seperti menggunakan waktu
tersebut untuk belajar kelompok, memperluas pertemanan entah dengan kakak
tingkat maupun teman seangkatan, istirahat bahkan dengan kerja part time.
Faktanya di setiap universitas peran mahasiswa bukan hanya sebagai seorang
mahasiswa saja, di antara mereka ada yang mengambil kerja part time, mengemban
jabatan di sebuah organisasi baik organisasi internal maupun eksternal kampus,
bahkan ada yang sudah membina rumah tangga juga.
Transformasi jam kosong dari ruang
kelas menuju ruang kuliah ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mendasar
dalam pengelolaan waktu dan tanggung jawab dari peserta didik. Di sekolah
menengah, jam kosong sering kali menjadi tantangan bagi tenga pengajar karena
kurangnya kemandirian siswa dalam memanfaatkan waktu luang. Sebaliknya, di
perguruan tinggi, jam kosong mempunyai kesempatan besar untuk diubah menjadi
kegiatan yang lebih bermanfaat melalui pengelolaan waktu yang bebas dan
mandiri. Dengan pendekatan yang tepat, jam kosong dapat menjadi ruang bagi
peserta didik untuk mengembangkan bakat, keterampilan berpikir, dan pengelolaan
belajar yang lebih aktif. Transformasi ini memerlukan kerjasama antara lembaga
pendidikan, tenaga pengajar, dan peserta didik, serta pemanfaatan teknologi dan
fasilitas pendukung yang memadai.
Pada akhirnya, pandangan tentang transformasi jam kosong pada tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi tergantung pada diri kita sendiri dalam menyikapinya. Karena baik pada tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi jam kosong memiliki dampak positif dan negatifnya dan oleh karena itu kita tidak dapat melihatnya dari satu sisi saja. Dimana pada masa sekolah menengah jam kosong bisa menjadi menyenangkan bagi siswa yang bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan baik, dimana hal tersebut juga berlaku di dunia perkuliahan. Tetapi yang perlu kita ketahui setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menyikapi fenomena jam kosong ini baik di sekolah menengah maupun perkuliahan.
*Oleh: Indah Kurniawati Mahasantri Ma'had Al-Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta
*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co
*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co