Notification

×

Iklan

Iklan

Peran Guru dalam Peningkatan Literasi Siswa Melalui Kacamata Ta'limul Muta'allim

Sabtu, 04 Januari 2025 | 18.03 WIB Last Updated 2025-01-04T11:52:42Z
Solikha Nur Dzulfiani Mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Ronggowarsito UIN Raden Mas Sahid Surakarta
OPINI.CO, SURAKARTA - Para siswa sebagai generasi muda memiliki peranan yang sangat penting sebagai
agen of change yang dapat membawa bangsa menuju masa kejayaan. Umumnya, sebuah negara yang berhasil diisi oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas. Pengetahuan ini biasanya diperoleh melalui kebiasaan membaca buku yang tinggi. Saat ini, kita sering mendengar istilah "literasi". Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia berada di peringkat kedua terendah dalam hal literasi di dunia. Dengan hanya 0,001%, artinya dari 1.000 orang di Indonesia, hanya satu yang aktif membaca. Angka tersebut menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih sangat minim.

 

Banyak individu yang tidak menyadari betapa pentingnya membaca buku di zaman sekarang ini. Mereka lebih memilih ponsel sebagai alat utama untuk mencari informasi karena dianggap lebih efisien. Siswa menggunakan ponsel untuk belajar serta berkomunikasi, tetapi sering kali tidak mendapatkan pengawasan yang tepat. Literasi juga berkaitan dengan kegiatan yang berlangsung di lingkungan pendidikan. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kemampuan membaca dan menulis dalam interaksi sehari-hari. Di sinilah peran guru sangat vital untuk meningkatkan kemampuan literasi di kalangan siswa.

 

Kemampuan literasi merupakan keterampilan dasar yang sangat esensial bagi setiap orang dalam menghadapi berbagai tantangan di era informasi saat ini. Dalam ranah pendidikan, kontribusi guru sangatlah penting untuk memperbaiki literasi siswa. Melalui pendekatan Ta’limul Muta’allim, yang menekankan metode mengajar yang efektif, guru dapat memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap perkembangan literasi siswa.

 

Konsep Ta’limul Muta’allim

Ta’limul Muta’allim merupakan suatu konsep pendidikan yang bersumber dari tradisi Islam, yang menekankan pentingnya relasi antara guru dan murid dalam proses belajar. Konsep ini mengutamakan interaksi aktif, di mana guru tidak hanya berperan sebagai penyampai pengetahuan, tetapi juga sebagai pengarah yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif, serta meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran dan menanamkan nilai-nilai karakter dan etika yang baik.

 

Banyak ulama yang menguraikan tentang prinsip pendidikan dalam Islam, khususnya mengenai adab saat belajar dan tahapan yang harus dilalui dalam proses belajar. Salah satu penjelasan datang dari Syekh Burhanuddin al-Zarnuji dalam karya beliau “Ta’limul-Muta’allim”, yang merupakan suatu konsep pendidikan yang dicetuskan oleh al-Zarnuji. Syekh al-Zarnuji merupakan salah satu tokoh dalam pendidikan Islam yang berfokus pada adab dan tahapan belajar. Kitab “Ta’limul Muta’allim” adalah salah satu karya dari Syekh al-Zarnuji yang masih ada hingga kini. Menurut Imam Ghazali Said, buku yang ditulis oleh Syekh al-Zarnuji merupakan kontribusi beliau dalam dunia pendidikan dan ilmiah.

 

Kitab Ta’limul Muta’allim menyajikan berbagai konsep pendidikan di dalamnya. Kitab ini ditujukan untuk guru dan murid sebagai panduan dalam proses belajar mengajar. Dalam aspek etika, Ta’limul Muta’allim sangat tepat untuk dijadikan pedoman. Misalnya, metode yang dipaparkan oleh al-Zarnuji menekankan pentingnya pendekatan etika yang harus dijunjung tinggi oleh pelajar, seperti penghormatan murid kepada guru dan kriteria yang wajib dipenuhi oleh guru, berinteraksi dalam belajar, serta sikap dan perilaku setelah memperoleh pengetahuan.

 

Guru memiliki tanggung jawab dalam merancang kurikulum yang menarik dan relevan, sehingga siswa lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan membaca dan menulis. Dengan menggunakan berbagai teknik pengajaran, seperti diskusi, proyek kelompok, dan pembelajaran berbasis masalah, keterlibatan siswa dapat meningkat. Guru seharusnya menjadi contoh dalam hal literasi dengan memperlihatkan kebiasaan membaca dan menulis yang baik. Peran guru dalam meningkatkan literasi siswa sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Melalui pendekatan Ta’limul Muta’allim, guru dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung, sehingga siswa terdorong untuk mengembangkan kemampuan literasi mereka. Dengan strategi yang sesuai dan dukungan yang cukup, diharapkan literasi siswa dapat meningkat dengan signifikan, sehingga mereka siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

 

Strategi Peningkatan Literasi Siswa

Membaca Bersama: Mengadakan sesi membaca bersama di kelas sebagai cara untuk meningkatkan minat baca siswa. Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan teknologi informasi, seperti e-book dan aplikasi pendidikan, untuk menjadikan literasi lebih menarik. Kegiatan Ekstrakurikuler: Mengorganisir kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada literasi, seperti klub buku atau kompetisi penulisan.

 

Untuk meningkatkan minat baca di kalangan siswa, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap usaha ini, antara lain: Pertama, Ketertarikan terhadap bacaan membuat siswa lebih cenderung menunjukkan minat yang lebih tinggi terhadap buku cerita dibandingkan buku pelajaran. Pola ini terlihat baik selama jam sekolah maupun setelah pulang. Kedua, Sekolah memperkuat minat baca siswa dengan melibatkan wali kelas dalam mengembangkan budaya literasi. Ini melibatkan serangkaian kegiatan, seperti mengadakan kompetisi penyusunan pojok literasi, mendekorasi ruang kelas dengan gambar-gambar bersejarah, dan mengadakan sesi membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Wali kelas secara teratur memberikan tautan bacaan kepada siswa untuk memotivasi mereka agar membaca dan memperoleh informasi dari bacaan tersebut serta mampu menggambarkannya. Selain itu, sekolah juga mengadakan lomba seperti membaca cerita dongeng dan memperkenalkan aktivitas bercerita di depan kelas sebagai cara untuk meningkatkan minat baca siswa.

 

Ketiga, Sekolah telah meningkatkan upaya sosialisasi tentang literasi kepada seluruh siswa dengan pendekatan yang menarik. Dalam proses ini, siswa diajak untuk merangkum isi bacaan dan menjelaskan pesan yang terdapat dalam bacaan tersebut. Guru juga memberikan rangsangan berupa pertanyaan terkait bacaan yang telah disajikan. Pendekatan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan dan memotivasi siswa dalam konteks literasi. Keempat, sekolah telah menyelenggarakan berbagai kompetisi sebagai cara bagi siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan literasi. Kompetisi tersebut meliputi membaca dan menulis puisi, lomba membuat papan pengumuman, dan kontes membacakan cerita rakyat. Dengan diadakannya kompetisi ini, diharapkan siswa akan lebih termotivasi dan bersemangat untuk membaca.

 

Tantangan yang Dihadapi Guru

Banyak guru yang mengalami kekurangan dalam akses buku dan materi ajar yang berkualitas. Tantangan lain yang dihadapi adalah adanya variasi dalam kemampuan literasi siswa, sehingga guru perlu menyesuaikan cara pengajaran mereka. Minimnya dukungan dari orang tua untuk kegiatan literasi di rumah dapat memengaruhi kemajuan literasi siswa. Selain itu, banyak sekolah, terutama di kawasan terpencil, kekurangan sumber bacaan dan teknologi yang memadai. Kurikulum yang padat juga sering kali menjadi kendala dalam pengembangan keterampilan literasi. Guru juga terkadang merasa tidak siap dan kurang mendapatkan pelatihan yang cukup mengenai metode pengajaran literasi. Minat baca siswa yang rendah juga menjadi rintangan besar dalam proses belajar.

 

Peran guru dalam meningkatkan literasi siswa sangat krusial dan dapat diperhatikan melalui perspektif Ta’limul Muta’allim. Dengan menerapkan nilai-nilai dari karya tersebut, guru tidak hanya dapat meningkatkan literasi siswa, tetapi juga membantu membangun karakter dan moral mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk terus berinovasi dan menyesuaikan metode pengajaran sehingga dapat memenuhi kebutuhan literasi siswa di zaman modern ini. 


*Oleh: Solikha Nur Dzulfiani Mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta


*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co


*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co 

×
Berita Terbaru Update