Solikha Nur Dzulfiani Mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Ronggowarsito UIN Raden Mas Sahid Surakarta |
Banyak individu yang tidak menyadari betapa pentingnya
membaca buku di zaman sekarang ini. Mereka lebih memilih ponsel sebagai alat
utama untuk mencari informasi karena dianggap lebih efisien. Siswa menggunakan
ponsel untuk belajar serta berkomunikasi, tetapi sering kali tidak mendapatkan
pengawasan yang tepat. Literasi juga berkaitan dengan kegiatan yang berlangsung
di lingkungan pendidikan. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kemampuan
membaca dan menulis dalam interaksi sehari-hari. Di sinilah peran guru sangat
vital untuk meningkatkan kemampuan literasi di kalangan siswa.
Kemampuan literasi merupakan keterampilan dasar yang sangat
esensial bagi setiap orang dalam menghadapi berbagai tantangan di era informasi
saat ini. Dalam ranah pendidikan, kontribusi guru sangatlah penting untuk
memperbaiki literasi siswa. Melalui pendekatan Ta’limul Muta’allim, yang
menekankan metode mengajar yang efektif, guru dapat memberikan sumbangsih yang
signifikan terhadap perkembangan literasi siswa.
Konsep Ta’limul Muta’allim
Ta’limul Muta’allim merupakan suatu konsep pendidikan yang
bersumber dari tradisi Islam, yang menekankan pentingnya relasi antara guru dan
murid dalam proses belajar. Konsep ini mengutamakan interaksi aktif, di mana
guru tidak hanya berperan sebagai penyampai pengetahuan, tetapi juga sebagai
pengarah yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif, serta
meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran dan menanamkan
nilai-nilai karakter dan etika yang baik.
Banyak ulama yang menguraikan tentang prinsip pendidikan
dalam Islam, khususnya mengenai adab saat belajar dan tahapan yang harus
dilalui dalam proses belajar. Salah satu penjelasan datang dari Syekh
Burhanuddin al-Zarnuji dalam karya beliau “Ta’limul-Muta’allim”, yang merupakan
suatu konsep pendidikan yang dicetuskan oleh al-Zarnuji. Syekh al-Zarnuji
merupakan salah satu tokoh dalam pendidikan Islam yang berfokus pada adab dan
tahapan belajar. Kitab “Ta’limul Muta’allim” adalah salah satu karya dari Syekh
al-Zarnuji yang masih ada hingga kini. Menurut Imam Ghazali Said, buku yang
ditulis oleh Syekh al-Zarnuji merupakan kontribusi beliau dalam dunia
pendidikan dan ilmiah.
Kitab Ta’limul Muta’allim menyajikan berbagai konsep
pendidikan di dalamnya. Kitab ini ditujukan untuk guru dan murid sebagai
panduan dalam proses belajar mengajar. Dalam aspek etika, Ta’limul Muta’allim
sangat tepat untuk dijadikan pedoman. Misalnya, metode yang dipaparkan oleh
al-Zarnuji menekankan pentingnya pendekatan etika yang harus dijunjung tinggi
oleh pelajar, seperti penghormatan murid kepada guru dan kriteria yang wajib
dipenuhi oleh guru, berinteraksi dalam belajar, serta sikap dan perilaku
setelah memperoleh pengetahuan.
Guru memiliki tanggung jawab dalam merancang kurikulum yang
menarik dan relevan, sehingga siswa lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan
membaca dan menulis. Dengan menggunakan berbagai teknik pengajaran, seperti
diskusi, proyek kelompok, dan pembelajaran berbasis masalah, keterlibatan siswa
dapat meningkat. Guru seharusnya menjadi contoh dalam hal literasi dengan
memperlihatkan kebiasaan membaca dan menulis yang baik. Peran guru dalam
meningkatkan literasi siswa sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Melalui
pendekatan Ta’limul Muta’allim, guru dapat menciptakan suasana belajar yang
mendukung, sehingga siswa terdorong untuk mengembangkan kemampuan literasi
mereka. Dengan strategi yang sesuai dan dukungan yang cukup, diharapkan
literasi siswa dapat meningkat dengan signifikan, sehingga mereka siap
menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Strategi Peningkatan Literasi Siswa
Membaca Bersama: Mengadakan sesi membaca bersama di kelas
sebagai cara untuk meningkatkan minat baca siswa. Penggunaan Teknologi:
Memanfaatkan teknologi informasi, seperti e-book dan aplikasi pendidikan, untuk
menjadikan literasi lebih menarik. Kegiatan Ekstrakurikuler: Mengorganisir
kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada literasi, seperti klub buku atau
kompetisi penulisan.
Untuk meningkatkan minat baca di kalangan siswa, ada
beberapa faktor yang berkontribusi terhadap usaha ini, antara lain: Pertama,
Ketertarikan terhadap bacaan membuat siswa lebih cenderung menunjukkan minat
yang lebih tinggi terhadap buku cerita dibandingkan buku pelajaran. Pola ini
terlihat baik selama jam sekolah maupun setelah pulang. Kedua, Sekolah
memperkuat minat baca siswa dengan melibatkan wali kelas dalam mengembangkan
budaya literasi. Ini melibatkan serangkaian kegiatan, seperti mengadakan
kompetisi penyusunan pojok literasi, mendekorasi ruang kelas dengan
gambar-gambar bersejarah, dan mengadakan sesi membaca selama 15 menit sebelum
pelajaran dimulai. Wali kelas secara teratur memberikan tautan bacaan kepada
siswa untuk memotivasi mereka agar membaca dan memperoleh informasi dari bacaan
tersebut serta mampu menggambarkannya. Selain itu, sekolah juga mengadakan
lomba seperti membaca cerita dongeng dan memperkenalkan aktivitas bercerita di
depan kelas sebagai cara untuk meningkatkan minat baca siswa.
Ketiga, Sekolah telah meningkatkan upaya sosialisasi tentang
literasi kepada seluruh siswa dengan pendekatan yang menarik. Dalam proses ini,
siswa diajak untuk merangkum isi bacaan dan menjelaskan pesan yang terdapat
dalam bacaan tersebut. Guru juga memberikan rangsangan berupa pertanyaan terkait
bacaan yang telah disajikan. Pendekatan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan
dan memotivasi siswa dalam konteks literasi. Keempat, sekolah telah
menyelenggarakan berbagai kompetisi sebagai cara bagi siswa untuk
berpartisipasi dalam kegiatan literasi. Kompetisi tersebut meliputi membaca dan
menulis puisi, lomba membuat papan pengumuman, dan kontes membacakan cerita
rakyat. Dengan diadakannya kompetisi ini, diharapkan siswa akan lebih
termotivasi dan bersemangat untuk membaca.
Tantangan yang Dihadapi Guru
Banyak guru yang mengalami kekurangan dalam akses buku dan
materi ajar yang berkualitas. Tantangan lain yang dihadapi adalah adanya
variasi dalam kemampuan literasi siswa, sehingga guru perlu menyesuaikan cara
pengajaran mereka. Minimnya dukungan dari orang tua untuk kegiatan literasi di
rumah dapat memengaruhi kemajuan literasi siswa. Selain itu, banyak sekolah,
terutama di kawasan terpencil, kekurangan sumber bacaan dan teknologi yang memadai.
Kurikulum yang padat juga sering kali menjadi kendala dalam pengembangan
keterampilan literasi. Guru juga terkadang merasa tidak siap dan kurang
mendapatkan pelatihan yang cukup mengenai metode pengajaran literasi. Minat
baca siswa yang rendah juga menjadi rintangan besar dalam proses belajar.
Peran guru dalam meningkatkan literasi siswa sangat krusial dan dapat diperhatikan melalui perspektif Ta’limul Muta’allim. Dengan menerapkan nilai-nilai dari karya tersebut, guru tidak hanya dapat meningkatkan literasi siswa, tetapi juga membantu membangun karakter dan moral mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk terus berinovasi dan menyesuaikan metode pengajaran sehingga dapat memenuhi kebutuhan literasi siswa di zaman modern ini.
*Oleh: Solikha Nur Dzulfiani Mahasantri Ma'had Al-Jami'ah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta
*Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co
*Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co