Ragil Perdana Sutra Mahasiswa UIN Surakarta. (Dok. Istimewa) |
Agama
adalah dasar utama kehidupan dan memberikan arah bagi setiap individu yang
mempercayainya. Fondasi tersebut sebagaimana halnya fondasi bagi sebuah rumah,
karena kekuatan rumah bergantung padanya. Apabila ketebalan pondasi
pemahaman agama kurang mantap, maka secara otomatis kekuatan iman terhadap
Agama pun juga akan terpengaruh. Agama adalah menjadi pedoman penting yang
membimbing bagi setiap pemeluknya dalam menetapkan tujuan dan arah hidup mereka
di dunia, Ketika seseorang terlalu fanatik dengan sebuah keyakinan dalam
agamanya sendiri, menyalahkan, bahkan kemudian menyatakan aliran lain sesat,
sikap tersebut dapat memicu timbulnya berbagai gejala sosial yang tidak
diinginkan. Terlebih lagi jika fanatisme disertai dengan radikalisme, yang dapat
mengakibatkan Tindakan kekerasan atas nama agama dan memaksa orang untuk
mengubah keyakinan mereka. Fanatisme dan radikalisme dalam suatu ideologi tidak
hanya hadir dalam relasi antar penganut beragama, namun cenderung lebih sering
terjadi di dalam kelompok yang beragama yang sama. Di mana terkadang
kita melihat adanya saling menyalahkan antara sesama karena perbedaan pendapat,
bahkan terkadang sampai menilai dan menyebut saudara seiman kita dengan
sebutan-sebutan yang bertentangan. Sebagai individu yang bijaksana,
seharusnya kita dapat menyatakan keyakinan atau pandangan kita dengan bijak
tanpa merendahkan atau menilai agama lain sebagai tuduhan sesat.
Setiap
agama misi meyakini bahwa upaya dan kegiatan menyebarkan agama guna memperoleh
jumlah pengikut yang banyak merupakan bentuk komitmen dalam menjalankan
perintah Tuhan. Oleh karena itu, mereka harus berupaya sungguh-sungguh dan
maksimal dalam berdakwah dan menyebarkan agamanya. Apabila penyebaran dilakukan kepada individu
yang telah beragama, maka mungkin akan muncul hambatan dalam menjaga
toleransi dan kerukunan. Dimana, pihak yang membagikannya merasa benar
karena menjalankan perintah dan Kewajiban dari Tuhan. Namun, pihak yang
diserang juga percaya bahwa mereka benar karena mereka memegang teguh akidah
dari pemurtadan.
Pada
hakikatnya, manusia hanya mengenal satu Tuhan yang Maha Esa, yaitu Tuhan yang
menciptakan seluruh alam semesta dan menentukan nasib umat manusia sebelum kita
dilahirkan. Saat manusia merindukan Tuhannya, mereka akan mengungkapkannya
melalui do’a karena selain sebagai cara berinteraksi dengan Tuhan, manusia juga
memiliki keyakinan bahwa Tuhan senantiasa mengawasi dan membalas stiap
perbuatan dosa yang mereka sudah lakukan. Toleransi antar umat beragama
merupakan mekanisme sosial yang dijalankan masyarakat dalam menghadapi
keberagaman dan pluralitas agama. Toleransi diwujudkan secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari melalui berbagai kegiatan-kegiatan sosial yang
dilaksanakan sehari-hari seperti gotong royong dalam masyarakat, baik kegiatan
itu menyangkut kepentingan umum maupun yang menyangkut kepentingan pribadi. Keharmonisan
di antara umat beragama dapat tercapai melalui praktik toleransi yang tulus,
sebagai fondasi penting dalam memupuk kerukunan di kalangan umat beragama.
Menjalani kehidupan berdampingan dengan saling menghormati dan menghargai
penganut agama lain adalah wujud nyata dari sikap toleransi. Salah satu bentuk
toleransi yang sejati adalah dengan menghormati kebebasan beribadah tanpa
mencampuradukkan antara praktik keagamaan satu dengan yang lain.
Deskripsi
Lokasi
Desa
Nginggli, sebuah nama yang begitu Damai dan sarat makna yang berada di Klaten
Jawa Tengah, telah menjadi ikon bagi semangat dan kedamaian persatuan dalam Keberagaman.
Desa ini bukan sekadar sebutan, melainkan cerminan nyata dari nilai-nilai luhur
Pancasila yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam
konteks keberagaman agama. Salah satu bentuk nyata dari toleransi yang
dipraktikkan oleh masyarakat Desa Nginggli adalah dalam merayakan lima Hari Raya
Besar yang berbeda-beda. Kehidupan beragama di Desa Nginggli begitu kaya dan
beragam. Umat Islam sebagai mayoritas
dengan jumlah penganut lebih dari 2000, di Desa ini juga Ada Agama Kristen,
Katolik, Hindu, dan Buddha hidup berdampingan secara harmonis yang justru
Kepala Desa Nginggli Menganut Agama Kristen, bagi mereka siapapun pemimpinnya
selagi dia layak maka mereka pilih tanpa melihat latar belakang agama, Mereka bukan hanya sekadar bertetangga,
melainkan juga bersaudara.
Temuan Observasi Berdasarkan Indikator
Moderasi Beragama
Keterikatan
batin yang kuat inilah yang kemudian melahirkan sebuah tradisi yang unik, yaitu
saling menghormati dan merayakan hari raya besar masing-masing. Ketika tiba Hari
Raya Idul Fitri, Umat Islam di Desa Nginggli merayakannya dengan suka cita.
Namun, yang menarik adalah, Umat Beragama lain juga turut berbahagia dan
memberikan ucapan selamat. Mereka bahkan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
sosial yang diselenggarakan oleh Umat Islam, seperti membersihkan Masjid atau
mengunjungi rumah-rumah tetangga Karena bagi mereka ketika Idul Fitri itukan
saling meminta maaf bukan hanya dari Umat Muslim saja. Begitu pula ketika umat
Kristen merayakan Natal, umat beragama lain juga ikut serta dalam perayaan
tersebut, Mereka datang memberikan ucapan selamat.
Analisis
Nilai Tawasuth, Tawazun, I’tidal
Toleransi
yang tinggi di Desa Nginggli tidak hanya terwujud dalam bentuk partisipasi
dalam perayaan hari Raya Besar, tetapi juga dalam bentuk saling menghormati
tempat Ibadah. Umat beragama di desa ini selalu menjaga kebersihan dan
kerukunan di sekitar tempat Ibadah masing-masing. Mereka juga saling
mengingatkan untuk menjaga ketertiban saat menjalankan Ibadah, sehingga tidak
mengganggu ketenangan lingkungan.
Lantas,
apa yang membuat Desa Nginggli begitu damai istimewa? Jawabannya terletak pada
kesadaran masyarakat akan pentingnya Persatuan dan Kesatuan. Mereka memahami
bahwa perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk hidup bersama dalam satu
komunitas. Justru, keberagaman Agama menjadi kekuatan yang dapat memperkaya
kehidupan Sosial dan Budaya, Desa Damai Ngingli ini yang memang terdiri dari
masyarakat yang beragam, baik suku, agama, maupun latar belakang sosial.
Keberagaman ini justru menjadi kekuatan, karena masyarakat belajar hidup
berdampingan dengan toleransi dan saling menghormati. Inti dari Desa Damai
Nginggli adalah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Ini menjadikan kampung tersebut sebagai contoh nyata bagaimana Pancasila bisa
hidup dan berkembang di masyarakat.
Kesimpulan
Nilai-nilai
yang dapat dipetik dari Desa Ngingli adalah saling menghormati , Masyarakat
Desa Nginggli saling menghormati keyakinan dan tradisi Agama masing-masing,
Kerukunan Kehidupan beragama yang rukun dan harmonis menjadi ciri khas Desa
Damai Ngingli, Gotong royong Masyarakat Desa Nginggli memiliki semangat gotong
royong yang tinggi, tercermin dalam kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan
seluruh warga, Toleransi menjadi nilai dasar dalam kehidupan masyarakat. Desa Ngingli
mengajarkan kita bahwa toleransi bukanlah sekadar slogan, melainkan sebuah
tindakan nyata yang harus kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
semangat toleransi yang tinggi, kita dapat membangun masyarakat yang damai,
harmonis, dan sejahtera.
*) Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.
*) Sertakan: riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Naskah dikirim ke alamat e-mail: soearamedianasional@gmail.com
*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co