Notification

×

Iklan

Iklan

Toleransi di Hari Raya Umat Beragama Desa Nginggli

Sabtu, 18 Januari 2025 | 09.43 WIB Last Updated 2025-01-18T02:46:07Z

Ragil Perdana Sutra Mahasiswa UIN Surakarta. (Dok. Istimewa)
OPINI.CO, SURAKARTA - Indonesia merupakan negara  besar dengan beberapa  agama antara lain Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan berbagai kepercayaan lokal lainnya. Oleh karena itu, toleransi  beragama sangat penting untuk menjamin stabilitas sosial terhadap pemaksaan ideologi dan konflik fisik dalam masyarakat. Perbedaan dalam agama seharusnya dijadikan sebagai kesempatan untuk saling mengakui, menghormati, dan bekerja sama dalam hal-hal baik. Tentunya dengan adanya sebuah perbedaan keyakinan agama tersebut, sebaiknya tidak dijadikan sebagai alasan untuk saling merugikan, merendahkan, atau mengadu satu agama dengan agama lain. Karena Negara Indonesia terdiri dari  suku dan agama yang berbeda-beda, maka Indonesia sendiri sangat menjaga dan menghormati seluruh umat agama yang ada.  Namun, dalam kenyataannya sebuah perpecahan serta konflik yang berasal dari latar belakang Agama dapat terjadi dengan begitu mudahnya, bahkan hanya karena hal-hal yang dianggap sepele. Konflik dan kekerasan yang sering terjadi di Indonesia maupun di luar negeri, seperti pertikaian dan pertempuran yang dipicu oleh faktor keagamaan, sayangnya mengakibatkan banyak korban jiwa di antara umat manusia. Bahkan, tempat yang dijadikan untuk ibadah seperti masjid pun menjadi sasaran kerusuhan, bahkan dihancurkan atau dibakar.

 

Agama adalah dasar utama kehidupan dan memberikan arah bagi setiap individu yang mempercayainya. Fondasi tersebut sebagaimana halnya fondasi bagi sebuah rumah, karena kekuatan rumah bergantung padanya. Apabila ketebalan pondasi pemahaman agama kurang mantap, maka secara otomatis kekuatan iman terhadap Agama pun juga akan terpengaruh. Agama adalah menjadi pedoman penting yang membimbing bagi setiap pemeluknya dalam menetapkan tujuan dan arah hidup mereka di dunia, Ketika seseorang terlalu fanatik dengan sebuah keyakinan dalam agamanya sendiri, menyalahkan, bahkan kemudian menyatakan aliran lain sesat, sikap tersebut dapat memicu timbulnya berbagai gejala sosial yang tidak diinginkan. Terlebih lagi jika fanatisme disertai dengan radikalisme, yang dapat mengakibatkan Tindakan kekerasan atas nama agama dan memaksa orang untuk mengubah keyakinan mereka. Fanatisme dan radikalisme dalam suatu ideologi tidak hanya hadir dalam relasi antar penganut beragama, namun cenderung lebih sering terjadi di dalam kelompok yang beragama yang sama. Di mana terkadang kita melihat adanya saling menyalahkan antara sesama karena perbedaan pendapat, bahkan terkadang sampai menilai dan menyebut saudara seiman kita dengan sebutan-sebutan yang bertentangan. Sebagai individu yang bijaksana, seharusnya kita dapat menyatakan keyakinan atau pandangan kita dengan bijak tanpa merendahkan atau menilai agama lain sebagai tuduhan sesat.

 

Setiap agama misi meyakini bahwa upaya dan kegiatan menyebarkan agama guna memperoleh jumlah pengikut yang banyak merupakan bentuk komitmen dalam menjalankan perintah Tuhan. Oleh karena itu, mereka harus berupaya sungguh-sungguh dan maksimal dalam berdakwah dan menyebarkan agamanya.  Apabila penyebaran dilakukan kepada individu yang telah beragama, maka mungkin akan muncul hambatan dalam menjaga toleransi dan kerukunan.  Dimana, pihak yang membagikannya merasa benar karena menjalankan perintah dan Kewajiban dari Tuhan. Namun, pihak yang diserang juga percaya bahwa mereka benar karena mereka memegang teguh akidah dari pemurtadan.

 

Pada hakikatnya, manusia hanya mengenal satu Tuhan yang Maha Esa, yaitu Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta dan menentukan nasib umat manusia sebelum kita dilahirkan. Saat manusia merindukan Tuhannya, mereka akan mengungkapkannya melalui do’a karena selain sebagai cara berinteraksi dengan Tuhan, manusia juga memiliki keyakinan bahwa Tuhan senantiasa mengawasi dan membalas stiap perbuatan dosa yang mereka sudah lakukan. Toleransi antar umat beragama merupakan mekanisme sosial yang dijalankan masyarakat dalam menghadapi keberagaman dan pluralitas agama. Toleransi diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai kegiatan-kegiatan sosial yang dilaksanakan sehari-hari seperti gotong royong dalam masyarakat, baik kegiatan itu menyangkut kepentingan umum maupun yang menyangkut kepentingan pribadi. Keharmonisan di antara umat beragama dapat tercapai melalui praktik toleransi yang tulus, sebagai fondasi penting dalam memupuk kerukunan di kalangan umat beragama. Menjalani kehidupan berdampingan dengan saling menghormati dan menghargai penganut agama lain adalah wujud nyata dari sikap toleransi. Salah satu bentuk toleransi yang sejati adalah dengan menghormati kebebasan beribadah tanpa mencampuradukkan antara praktik keagamaan satu dengan yang lain.

 

Deskripsi Lokasi

 

Desa Nginggli, sebuah nama yang begitu Damai dan sarat makna yang berada di Klaten Jawa Tengah, telah menjadi ikon bagi semangat dan kedamaian persatuan dalam Keberagaman. Desa ini bukan sekadar sebutan, melainkan cerminan nyata dari nilai-nilai luhur Pancasila yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks keberagaman agama. Salah satu bentuk nyata dari toleransi yang dipraktikkan oleh masyarakat Desa Nginggli adalah dalam merayakan lima Hari Raya Besar yang berbeda-beda. Kehidupan beragama di Desa Nginggli begitu kaya dan beragam. Umat Islam sebagai  mayoritas dengan jumlah penganut lebih dari 2000, di Desa ini juga Ada Agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha hidup berdampingan secara harmonis yang justru Kepala Desa Nginggli Menganut Agama Kristen, bagi mereka siapapun pemimpinnya selagi dia layak maka mereka pilih tanpa melihat latar belakang agama,  Mereka bukan hanya sekadar bertetangga, melainkan juga bersaudara.

 

Temuan Observasi Berdasarkan Indikator Moderasi Beragama

 

Keterikatan batin yang kuat inilah yang kemudian melahirkan sebuah tradisi yang unik, yaitu saling menghormati dan merayakan hari raya besar masing-masing. Ketika tiba Hari Raya Idul Fitri, Umat Islam di Desa Nginggli merayakannya dengan suka cita. Namun, yang menarik adalah, Umat Beragama lain juga turut berbahagia dan memberikan ucapan selamat. Mereka bahkan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh Umat Islam, seperti membersihkan Masjid atau mengunjungi rumah-rumah tetangga Karena bagi mereka ketika Idul Fitri itukan saling meminta maaf bukan hanya dari Umat Muslim saja. Begitu pula ketika umat Kristen merayakan Natal, umat beragama lain juga ikut serta dalam perayaan tersebut, Mereka datang memberikan ucapan selamat.

 

Analisis Nilai Tawasuth, Tawazun, I’tidal

 

Toleransi yang tinggi di Desa Nginggli tidak hanya terwujud dalam bentuk partisipasi dalam perayaan hari Raya Besar, tetapi juga dalam bentuk saling menghormati tempat Ibadah. Umat beragama di desa ini selalu menjaga kebersihan dan kerukunan di sekitar tempat Ibadah masing-masing. Mereka juga saling mengingatkan untuk menjaga ketertiban saat menjalankan Ibadah, sehingga tidak mengganggu ketenangan lingkungan.

 

Lantas, apa yang membuat Desa Nginggli begitu damai istimewa? Jawabannya terletak pada kesadaran masyarakat akan pentingnya Persatuan dan Kesatuan. Mereka memahami bahwa perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk hidup bersama dalam satu komunitas. Justru, keberagaman Agama menjadi kekuatan yang dapat memperkaya kehidupan Sosial dan Budaya, Desa Damai Ngingli ini yang memang terdiri dari masyarakat yang beragam, baik suku, agama, maupun latar belakang sosial. Keberagaman ini justru menjadi kekuatan, karena masyarakat belajar hidup berdampingan dengan toleransi dan saling menghormati. Inti dari Desa Damai Nginggli adalah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Ini menjadikan kampung tersebut sebagai contoh nyata bagaimana Pancasila bisa hidup dan berkembang di masyarakat.

 

Kesimpulan

 

Nilai-nilai yang dapat dipetik dari Desa Ngingli adalah saling menghormati , Masyarakat Desa Nginggli saling menghormati keyakinan dan tradisi Agama masing-masing, Kerukunan Kehidupan beragama yang rukun dan harmonis menjadi ciri khas Desa Damai Ngingli, Gotong royong Masyarakat Desa Nginggli memiliki semangat gotong royong yang tinggi, tercermin dalam kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan seluruh warga, Toleransi menjadi nilai dasar dalam kehidupan masyarakat. Desa Ngingli mengajarkan kita bahwa toleransi bukanlah sekadar slogan, melainkan sebuah tindakan nyata yang harus kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semangat toleransi yang tinggi, kita dapat membangun masyarakat yang damai, harmonis, dan sejahtera.

 

*) Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.


*) Sertakan: riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Naskah dikirim ke alamat e-mail: soearamedianasional@gmail.com



*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co


*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co


 

 

×
Berita Terbaru Update