Notification

×

Iklan

Iklan

Hallyu dan Dakwah: Strategi Kreatif Fuad Naim dalam Babopini Season 2

Selasa, 11 Februari 2025 | 14.33 WIB Last Updated 2025-02-11T07:44:54Z

Afada Salma Imama Mahasantri Ma'had Jamiah Ronggowarsito UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Afada Salma)
OPINI.CO, SURAKARTA - Perkembangan teknologi digital membuka peluang besar bagi dakwah untuk menjangkau audiens lebih luas melalui media sosial, situs web, dan aplikasi mobile. Konten kreatif seperti video, podcast, atau visual menarik menjadi kunci untuk menarik perhatian generasi muda. Meski menawarkan peluang, era digital juga menghadirkan tantangan seperti penyebaran konten negatif, yang menuntut da’i menghasilkan konten positif dan relevan. Dengan memahami latar belakang sosial audiens, dakwah dapat disampaikan secara inovatif dan efektif.

 

Fenomena Hallyu atau Korean Wave menjadi daya tarik besar bagi generasi muda Indonesia melalui musik K-pop, drama Korea, dan budaya lainnya. Popularitas budaya Korea ini memberikan pengaruh positif, seperti meningkatkan kreativitas dan semangat kerja keras, namun juga menimbulkan tantangan seperti pergeseran budaya lokal dan gaya hidup liberal. Melihat daya tarik ini, Hallyu dapat dimanfaatkan sebagai medium strategis untuk menyampaikan nilai-nilai Islam, seperti yang dilakukan oleh Fuad Naim.

 

Fuad Naim adalah seorang dai muda yang memanfaatkan pengalamannya sebagai mantan penggemar Korean Wave untuk menyampaikan dakwah yang relevan dan kreatif. Bergabung dengan Komunitas Yuk Ngaji sejak 2018, Fuad menggunakan pendekatan halus untuk menjembatani dunia Islam dengan komunitas penggemar K-wave. Dengan konten bernuansa Korea yang tetap berlandaskan nilai-nilai Islami, Fuad berhasil menarik perhatian generasi muda, termasuk yang bukan penggemar budaya Korea. Tagline seperti “Agar yang suka tahu di mana batasnya” dan “Agar yang benci tahu bagaimana adabnya” mencerminkan pendekatan dakwahnya yang inklusif.

 

Fuad Naim juga menggunakan media sosial seperti Youtube dan Instagram untuk menyampaikan dakwah secara santai dan relatable. Gaya ceramahnya yang humoris dan menyisipkan pengalaman pribadinya sebagai mantan K-Popers berhasil menyentuh hati audiens tanpa kesan menggurui. Dalam program “Ada Apa Dengan Korea” (AADK), Fuad menjangkau lebih dari 30 kota di Indonesia, membantu remaja Muslim mengenal nilai-nilai Islam tanpa merasa dihakimi. Strategi ini mendapat respons positif dengan meningkatnya kesadaran remaja untuk berhijrah dari pengaruh negatif budaya populer Korea.

 

Program Babopini Season 2 di Youtube yang dikembangkan Fuad memanfaatkan elemen budaya Korea untuk menyampaikan pesan agama secara relevan. Dalam setiap episodenya, Fuad mengupas nilai-nilai moral dan spiritual yang terkandung dalam drama Korea, seperti pentingnya waktu, perjuangan hidup, dan pengendalian diri. Misalnya, konsep waktu dalam drama dikaitkan dengan surah Al-Asr, yang menekankan pentingnya memanfaatkan waktu untuk beriman dan beramal baik. Pendekatan ini menarik perhatian penggemar budaya Korea sekaligus menjadikan dakwah lebih mudah diterima oleh audiens muda.

 

Disini, Fuad Naim juga memaparkan bahwa budaya Korea Selatan membawa sejumlah nilai positif yang selaras dengan ajaran Islam, seperti etos kerja, semangat pantang menyerah, dan penghormatan terhadap orang lain. Budaya ini bahkan menginspirasi generasi muda Indonesia untuk mengembangkan kreativitas, seperti belajar bahasa Korea, membuat karya seni digital, atau berwirausaha terkait merchandise Hallyu. Namun, tantangan muncul dari nilai-nilai seperti gaya hidup konsumtif, fanatisme terhadap idola, hingga normalisasi perilaku yang bertentangan dengan akidah Islam. Fuad memberikan kritik halus terhadap aspek negatif tersebut sambil mendorong penggemar K-wave untuk menyaring pengaruh yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama.

 

Estetika ala Korea menjadi bagian penting dalam konten Babopini Season 2, seperti penggunaan warna pastel, font unik, dan musik latar khas Hallyu. Elemen-elemen ini menciptakan pengalaman visual yang menarik, mempermudah penyampaian pesan kepada generasi muda yang terbiasa dengan budaya populer Korea. Dengan memanfaatkan estetika ini, Fuad menyampaikan dakwah secara universal, menjangkau berbagai kalangan masyarakat. Selain itu, kombinasi visual yang estetis dan cerita inspiratif menambah kedalaman pesan, membuat audiens lebih mudah terhubung secara emosional.

 

Disini Ia juga memaparkan beberapa pengalaman pribadinya sebagai mantan penggemar fanatik Korean Wave dimana hal tersebut memberikan kekuatan emosional dalam dakwahnya. Ia menunjukkan bahwa minat terhadap budaya populer dapat berjalan beriringan dengan nilai-nilai Islam. Fuad menginspirasi audiens melalui cerita hijrahnya, menciptakan konten yang menyentuh hati, relevan, dan penuh makna. Hal ini membuktikan bahwa dakwah yang kreatif dan empatik dapat membawa audiens mendekat kepada nilai-nilai agama tanpa kehilangan esensi keislaman.

 

Melalui Babopini Season 2, Fuad Naim menunjukkan bahwa dakwah dapat dikemas secara menghibur namun tetap bermakna. Ia memadukan nilai-nilai positif budaya Korea dengan ajaran Islam sambil memberikan kritik terhadap aspek-aspek yang bertentangan. Dalam setiap episodenya, ia tidak hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi juga menggugah audiens untuk merefleksikan makna hidup mereka. Strategi ini membuktikan bahwa budaya populer dapat menjadi jembatan efektif untuk menyampaikan pesan agama secara relevan di era digital.

 

Pendekatan kreatif Fuad menjadi contoh keberhasilan dalam menjembatani budaya populer dengan nilai-nilai Islam secara harmonis, membangun kesadaran spiritual generasi muda tanpa mengesampingkan minat mereka. Tertama dalam Babopini Season 2 di Youtube, Ia membuktikan bahwa dakwah yang adaptif terhadap tren dapat tetap relevan dan menyentuh hati audiens modern, sekaligus memperkuat identitas keislaman di tengah arus globalisasi.


*) Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.


*) Sertakan: riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan nomor telepon yang bisa dihubungi.


*)Naskah dikirim ke alamat e-mail soearamedianasional@gmail.com.


*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co.


*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co.

 

×
Berita Terbaru Update