![]() |
Ataya Fatikha Mahasiswa Psikologi Islam UIN Raden Mas Said Surakarta. (Dok. Ataya) |
Manusia tidak disebut
manusia jika tidak memiliki jiwa. Selain sebagai unsur utama yang menggerakkan
tubuh manusia, jiwa juga memiliki peran dalam proses berpikir dan memahami
realitas yang menghasilkan sebuah pengetahuan. Pengetahuan yang dihasilkan akan
membentuk cara pandang seseorang menyikapi kehidupan. Dimensi jiwa dalam Islam
lebih tinggi dibandingkan dengan fisik atau tubuh. Walaupun hubungan jiwa dan
tubuh saling membutuhkan dan tidak bisa dipisahkan, namun peran jiwa lah yang
lebih banyak mempengaruhi tubuh manusia. Dengan demikian, perlunya pemahaman
yang lebih dalam tentang keberadaan jiwa dan hubungannya dengan tubuh,
khususnya dalam khazanah Islam. Ibnu Sina adalah salah satu tokoh Islam yang
terkenal yang membahas mengenai kejiwaan atau psikologi Islam (ilmu jiwa). Ia
telah banyak menguraikan secara rinci hubungan jiwa dengan tubuh serta
kekekalan jiwa setelah terpisahnya dengan tubuh. (Arroisi & Dai, 2020)
Definisi Jiwa Menurut Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah salah satu tokoh dalam sejarah ilmu pengetahuan dan salah satu tokoh yang terpandang dalam filsafat Islam. Ia juga dianggap sebagai salah satu tokoh psikologi Islam. Dalam mendefinisikan makna jiwa, Ibnu Sina memiliki pendekatan yang menyeluruh. Menurut perspektif Ibnu Sina, jiwa merupakan bagian dari psikologi yang bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi-fungsi mental dan emosional. Hal tersebut berhubungan dengan pikiran, emosi, dan keinginan yang ada dalam diri manusia.
Selain itu, jiwa juga memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan berbagai fungsi tubuh, menangkap rangsangan dari dunia luar, dan memahami dunia melalui pemikiran yang logis/rasional. Dengan kata lain, jiwa menjadi sumber dari semua perasaan, pikiran, dan tindakan atau tingkah laku manusia. (Afrizal, 2022) Ibnu Sina juga berpendapat bahwa tidak semua jiwa menjadi karakteristik dari tubuh, karena jiwa yang bersifat rasional terpisah dari tubuh dan wujudnya tidak selalu tertanam dalam tubuh. Ia juga berpendapat bahwa jiwa itu bersifat kekal ketika tubuh mengalami kematian atau akan ada setelah tubuh itu lenyap. Jiwa akan tetap ada, jiwa bersifat kekal karena kehendak Tuhan yang kuasa meskipun tubuh sudah mati dan hancur. (Kusuma, 2022)
Ibnu Sina mengatakan bahwa jiwa sama dengan ruh. Menurutnya, jiwa adalah kesempurnaan awal, karena dengan adanya jiwa tersebut, tubuh menjadi sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata. Maka jiwa dan tubuh adalah dua entitas yang berbeda yang saling membutuhkan. Jiwa merupakan bagian ruh yang menyebar ke tubuh dan menghidupkannya lalu menjadikannya sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu. Oleh karena itu, dengan menggunakan keduanya ia bisa menyempurnakan dirinya dan mengenal Tuhan. Menurut Ibnu Sina, jiwa atau ruh merupakan aspek yang memberikan kemampuan untuk merasakan, berpikir, dan bertindak pada tingkah laku manusia. (Reza, n.d., 2014)
Pembagian Jiwa Menurut
Ibnu Sina
Dalam bukunya yang
berjudul An-Najah (keselamatan), Ibnu Sina membagi dan menjelaskan
daya-daya jiwa menjadi tiga bagian, yaitu jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa
hewani (hewan), dan jiwa insani (insan/manusia) yang ketiganya saling mengikuti
satu sama lain.
1. Jiwa nabati atau jiwa tumbuh-tumbuhan merupakan jiwa yang terdapat
pada tumbuh-tumbuhan dan berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang. Ibnu Sina mendefinisikan jiwa ini sebagai kesempurnaan awal bagi
tubuh yang bersifat alamiah dan memiliki kemampuan untuk menjaga tubuh dan
mengatur proses-proses yang ada dalam tubuh.
2. Jiwa hewani atau jiwa
hewan mencakup semua daya yang ada pada hewan dan manusia, sedangkan pada
tumbuh-tumbuhan tidak ada sama sekali. Menurut Ibnu Sina, jiwa hewani adalah
jiwa yang memiliki kemampuan untuk menjaga tubuh dan mengatur proses-proses
yang ada di dalamnya, serta memiliki kemampun untuk merasakan dan bereaksi
terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Jiwa insani atau jiwa
manusia berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir dan bersikap logis atau
rasional serta menggunakan akal. Ibnu Sina berpendapat bahwa jiwa ini adalah
jiwa yang paling kompleks dari semua jiwa yang ada dan mampu menerima dan
memahami kebenaran.
*)Kolom opini.co menerima tulisan opini atau karya sastra untuk umum. Panjang naskah opini maksimal 750 kata.
*)Sertakan riwayat hidup singkat, nama akun medsos, beserta foto cakep, dan no
*)Naskah dikirim ke alamat e-mail soearamedianasional@gmail.com.
*)Tulisan opini sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi tanggung jawab redaksi opini.co.
*)Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang diterima apabila tidak sesuai dengan filosofi opini.co.