OPINI.CO - Perselisihan diantara salah satu yang paling
terkenal didalam sejarah manchester United (MU) terjadi perselisihan mantan
kapten tim, Roy Keane dan manajer legendaris, Sir Alex Ferguson.Sir Alex Ferguson dan Roy Keane. (Dok. TNT Sport)
Konflik memuncak pada Oktober 2005, usai
kekalahan yang sangat mengejutkan Manchester United dari Middlesbrough dengan
skor 1-4 tanpa balas. Hasil buruk itu memicu respons keras dari legendaris
Manchester United Roy Keane, yang saat itu menjabat sebagai kapten tim.
Setelah hampir kurang dari sekitar 20 tahun,
Roy Keane mengingat peristiwa yang sangat mengerikan itu, Dia mengungkapkan
bahwa setelah 12 tahun berkarir di Old Trafford, Roy Keane mengaku menangis
didalam mobilnya setelah menunggalkan Manchester united.
Dia hengkang dari Old Trafford pada November
2005 setelah mencapai kesepakatan bersama, yang dipicu oleh wawancaranya yang
blak-blakan dengan MUTV. disaat itu Roy Keane secara terang terangan mengkritik
salah satu tim rekannya setalah kalah telak dari Middlesbrough.
Dalam sebuah wawancara dengan MUTV, Keane
menyampaikan kritik sangat keras kepada sejumlah pemain muda Manchester United
yang menurutnya tampil di bawah standar.
Nada penyampaiannya yang sangat tajam dinilai
tidak pantas oleh Sir Alex Ferguson. Keane secara terang-terangan menyebut
beberapa pemain muda itu kurang memiliki mentalitas dan sikap profesional tim
yang sangat jauh dari persaingan di level tertinggi.
Pernyataan-pernyataan tersebut dianggap oleh
Ferguson sebagai tindakan indisipliner yang tidak dapat diterima.
Sir Alex Ferguson merespons wawancara Roy
Keane dengan cepat dan penuh ketegasan. Ia segera mencabut ban kapten dari
Keane, sebuah langkah yang mengejutkan banyak orang. Tindakan ini menjadi
penutup bagi masa kepemimpinan Keane di Manchester United, sebuah periode yang
sarat dengan keberhasilan dan pencapaian luar biasa.
Ferguson menilai bahwa pernyataan Keane telah
mengganggu kedisiplinan serta semangat tim, sehingga ia merasa perlu mengambil
langkah tegas demi menjaga kestabilan klub.
Setelah kejadian tersebut, hubungan antara
Keane dan Ferguson menjadi sangat buruk. Setelah itu, Ferguson memilih untuk
menjual Keane ke klub lain, mengakhiri kariernya yang panjang dan sukses di
Manchester United.
Dalam podcast Stick to Football, Gary Neville,
Ian Wright, dan Jill Scott mengenang momen-momen emosional sepanjang karier
mereka hingga meneteskan air mata, yang kemudian memicu pengakuan dari Roy
Keane.
"Saat saya meninggalkan United, pagi itu
saya menangis. Saya menangis di dalam mobil," ungkap Keane.
Ini bukan kali pertama pria berusia 53 tahun
tersebut mengungkapkan sisi emosionalnya saat meninggalkan klub. Sebelumnya, ia
juga pernah menyampaikan hal serupa dalam sebuah wawancara pada tahun 2023.
Roy Keane mengungkapkan dalam perbincangannya
dengan Tommy Tiernan bahwa momen satu-satunya yang benar-benar membuatnya
menangis adalah ketika ia harus meninggalkan Manchester United, terutama
setelah mengalami konflik dengan beberapa individu di klub. Ia menambahkan
bahwa di luar kejadian tersebut, dirinya merasa seolah-olah hidup dalam sebuah
"gelembung", sebuah kondisi di mana emosi dan perasaan seringkali
teredam karena fokus penuh pada dunia sepak bola.